Nama lengkap
| Persatuan Sepakbola Surabaya |
Julukan |
- Bajol Ijo (id: Buaya Hijau)
- Green Force
|
Kota |
Surabaya |
Negara |
Indonesia |
Federasi |
PSSI |
Didirikan |
18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indische Voetbal Bond (SIVB) |
Stadion |
Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya
(Kapasitas: 55.000) |
Investor |
Jawa Pos Group |
Presiden |
Azrul Ananda |
Pelatih Kepala |
Angel Alfredo Vera |
Liga |
Liga 2 |
Profil Persebaya Surabaya, Daftar Skuad Pemain Persebaya Surabaya
2017-2018 dan Sejarah Persebaya, Siapa yang tidak kenal dengan Persebaya
Surabaya, Klub kebanggan arek-arek surabaya ini sangat dicintai
keberadaanya oleh Bonek Mania, Sering dihukum oleh PSSI bahkan pernah di
bekukan namun Semangat bonek untuk Persebaya Surabaya tidak pernah
padam. Persebaya Surabaya juga dikenal sebagai pencetus PSSI di tahun
1930 bersama anggota klub lainya yang ada di Indonesia.
Persebaya Surabaya yang sempat merubah namanya menjadi
Persebaya 1927
adalah sebuah klub Sepak bola profesional di Indonesia yang berbasis di
Surabaya yang berdiri pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche
Indonesische Voetbal Bond (SIVB) dan sudah malang melintang dikancah
sepakbola Indonesia. Sempat di bekukan oleh PSSI dan disahkan kembali
oleh PSSI sebagai anggota di kongres tahunan PSSI bandung 8 januari
2017.
Setelah dilaksanakannya RUPS pada 7 Pebruari 2017, kini 70% saham
Persebaya Surabaya dimiliki oleh Jawa Pos Group melalui anak
perusahaanya yaitu PT. Jawa Pos Sportainment. Sedangkan 30% lainnya
dimiliki oleh 20 klub anggota Persebaya yang tergabung dalam Koperasi
Surya Abadi Persebaya (KSAP).
Sejarah Singkat Persebaya Surabaya
ersatuan Sepak bola Surabaya (disingkat Persebaya) adalah sebuah tim
sepak bola Indonesia yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Persebaya berdiri pada 18 Juni 1927 oleh dua orang asli Surabaya bernama
Paijo dan M.Pamoedji.
Pada masa awal berdiri, klub ini bukan bernama seperti yang kita
kenal saat ini. Persebaya awalnya bernama Soerabhaiasche Indonesische
Voetbal Bond atau disingkat
SIVB.
Selain SIVB, di Surabaya ada klub sepakbola lain bernama Sorabaiasche
Voetbal Bond(SVB). Klub tersebut didirikan pada tahun 1910, jauh lebih
tua dari SIVB yang mana para pemainnya adalah orang-orang Belanda yang
ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, para klub-klub mulai membangun sebuah
organisasi dan asosiasi sepakbola bertaraf Nasional yang mampu menjadi
pengayom klub-klub pribumi serta untuk memupuk rasa persatuan dan
kesatuan.
Oleh karena itu, Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond(SIVB)
bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (cikal-bakal Persib), MIVB
(sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (
Persis Solo),
PSM (PSIM Jogja) membentuk dan mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh
Indonesia (PSSI). Pertemuan tersebut diadakan di Societeit Hadiprojo,
Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut, SIVB diwakili oleh M.Pamoedji.
Setahun setelah resmi berdiri, PSSI mulai membuat sebuah kompetisi
sepakbola resmi di Indonesia. Kompetisi tersebut adalah kompetisi
tahunan antar kota/perserikatan yang wajib diikuti oleh para anggota
PSSI.
Inilah cikal bakal kompetisi resmi atau Liga di Indonesia sampai saat ini.
Di tahun pertamanya, kompetisi perserikatan mempertemukan dua klub
raksasa dari dua kota terbesar di Indonesia yakni SIVB (Surabaya) dan
VIJ (Jakarta) di laga Final Perserikatan tahun 1938. Namun sayang, SIVB
kalah dari VIJ.
Pada tahun 1942, pada zaman invasi Jepang ke Indonesia sekaligus
menandakan kekalahan Belanda di Indonesia. Prestasi SIVB terbilang
mentereng dan kembali mencapai final, saat itu skuad SIVB didominasi
para pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa.
Namun sayang, lagi-lagi di laga puncak SIVB dikalahkan oleh VVB (Solo).
Pada tahun 1943, SIVB resmi berganti nama menjadi
PERSIBAJA (Persatuan Sepakbola Indonesia Soerabaja) dan diketuai oleh Dr.Soewandi.
Dari pergantian nama inilah, prestasi Persibaja mulai moncer. Mulai
dari meraih gelar juara di tahun 1950, 1951 dan 1952. Kala itu Persibaja
mulai diperhitungkan dan menjadi salah satu klub besar yang cukup
disegani lawan.
Pada tahun 1960, sejarah kembali mencatat pergantian nama klub
sepakbola asal Surabaya ini. Persibaja resmi berganti nama menjadi
PERSEBAYA (Persatuan Sepakbola Surabaya).
Pada era perserikatan, Persebaya berubah menjadi klub raksasa, kuat
nan hebat. Tak hanya itu prestasi demi prestasi ditorehkan oleh klub
berjuluk Bajul Ijo ini. Bersama PSMS Medan, PSM Makassar, Persib dan
Persija, membentuk sebuah kwartet klub unggulan di Perserikatan waktu
itu.
Di era Perserikatan, Persebaya berhasil dua kali menjuarai Liga yakni
di tahun 1978 dan 1988 serta tujuh kali menjadi runner-up di tahun
1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987 dan 1990.
Prestasi tersebut terus dipertahankan sampai PSSI menyatukan klub
Perserikatan dan Galatama dalam satu wadah kompetisi bertajuk Ligina
(Liga Indonesia) yang mulai bergulir sejak 1994.
Pada tahun 1997, Persebaya meraih gelar pertamanya di era Ligina
waktu itu. Bahkan Persebaya adalah klub pertama dalam sejarah yang mampu
meraih gelar juara dua kali berturut-turut.
Hal yang sama diulanginya di tahun 2005, Persebaya kembali meraih
gelar juara dua kali berturut-turut. Meski menyandang nama besar sebagai
tim tradisional nan klasik, Persebaya pernah menerima kenyataan
pahitnya terdegradasi ke kasta kedua Liga Indonesia. Itu terjadi pada
tahun 2002.
Namun hal itu tak berlangsung lama, karena Persebaya langsung
membayar lunas kesetiaan pendukung yang selalu mendukung di saat klub
sedang terpuruk dengan menjuarai Divisi I dan Divisi Utama kala itu.
Sepakbola Gajah ala Persebaya Surabaya
Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat
menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah
memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah “sepak bola gajah”
karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12, untuk menyingkirkan
saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan
impian Persebaya di final kompetisi perserikatan. Taktik ini setidaknya
membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan tahun
1988 dengan menyingkirkan PSMS 3 – 1
Dualisme Persebaya
Beberapa tahun berlalu, banyak kejadian-kejadian yang terjadi di
dalam tubuh Persebaya. Mulai dari seretnya prestasi dan akhirnya
berujung pada perpecahan di klub sebesar Persebaya.
Ya, pada tahun 2010 publik diguncangkan dengan kabar terpecahnya
Persebaya Surabaya. Kubu pertama adalah Persebaya di bawah manajemen
Saleh Ismail Mukadar yang mengikuti Liga Primer Indonesia(LPI) dengan
nama
PERSEBAYA 1927 dan kubu kedua dibawah naungan Wisnu Wardhana yang tetap memakai nama
PERSEBAYA
dan mengikuti PSSI dan Liga Indonesia (Divisi Utama). Dua kubu saling
klaim sebagai pemilik nama Persebaya yang sah di mata hukum.
Sebagai pengelola konsorsium klub, PT. Persebaya Indonesia didapuk
sebagai pengelola yang sah dengan diketuai oleh Llano Mahardika. Meski
begitu, hal ini tetap menimbulkan polemik di kalangan suporter dan
masyarakat Surabaya.
Pada tahun 2011, bola panas perseteruan dua kubu tersebut masih
berlanjut. Kali ini PSSI yang membuat konflik kian meruncing, PSSI
menyatakan kompetisi ISL dan Divisi Utama yang dikelola PT.LPIS dan
PT.Liga Indonesia adalah
ilegal! Dan menyatakan Liga Primer
Indonesia sebagai Liga Nasional yang legal dan resmi, dalam hal ini
Persebaya 1927 adalah resmi karena bernaung di bawah bendera LPI.
Meski dinyatakan legal, Saleh Mukadar enggan mengganti nama Persebaya
yang penuh sejarah itu, ia tetap memakai nama Persebaya 1927. Sedangkan
kubu Persebaya versi Wisnu Wardhana juga tetap menggunakan nama
Persebaya Surabaya dan tetap mengikuti kompetisi Divisi Utama Liga
Indonesia.
Pada tahun 2012 menjadi tahun yang buruk bagi kedua Persebaya
tersebut. Bagaimana tidak, Persebaya 1927 gagal meraih juara IPL yang
pada saat itu dimenangkan oleh Semen Padang FC. Sedangkan Persebaya
Divisi Utama gagal promosi alias naik kasta ke ISL 2013.
Atas alasan inilah, di akhir kompetisi Divisi Utama 2012 manajemen melakukan evaluasi secara menyeluruh.
Seluruh jajaran direksi klub Persebaya mengadakan rapat dengan hasil
pergantian di kursi Ketua Umum Persebaya. Dalam hal ini, tampuk
kepemimpinan Persebaya berganti dari Wisnu Wardana ke Diar Kusuma
Putra. Sekaligus badan hukum yang selama ini memayungi Persebaya pun
diganti menjadi PT.Mitra Muda Inti Berlian (gabungan para
pengusaha-pengusaha muda asli Surabaya).
Pada tahun 2013, PSSI yang saat itu juga terbelah menjadi dua kubu
melakukan Kongres Luar Biasa (KLB) pada tanggal 17 Maret 2013. Kedua
kubu tersebut (Kubu KPSI versi La Nyalla Mattalitti dan kubu PSSI versi
Djohar Arifin) sepakat bersatu demi kelangsungan sepakbola Indonesia.
PSSI menyatakan LPI ilegal dan akhirnya memutuskan Persebaya Divisi
Utama sebagai anggota PSSI yang sah dan diakui keberadaannya. Dengan
kata lain, ini berimbas juga dengan Persebaya 1927 yang akhirnya
dinyatakan ilegal dan sebagai anggota tidak sah.
Hal ini dipertegas dengan keputusan kongres PSSI pada tanggal 17 Mei 2013.
Seperti mendapat angin segar, prestasi Persebaya pun ikutan moncer.
Pada Divisi Utama Liga Indonesia 2013, Persebaya Surabaya keluar sebagai
juara liga dan berhak promosi ke Indonesia Super League musim 2014.
Pada tahun 2014, Persebaya kembali ke habitat aslinya yaitu liga
kasta teratas Indonesia, Indonesia Super League (ISL). Dengan amunisi
yang terbilang “Dream Team” karena diisi pemain-pemain berkelas
Persebaya mengarungi kerasnya ISL dengan cukup percaya diri.
Namun deretan pemain mentereng tak menjamin prestasi bagi Persebaya,
Persebaya terseok-seok di papan tengah klasemen. Sulit bersaing dengan
klub-klub yang lebih matang dan sehat dalam hal manajemen dan keuangan
seperti Persib, Sriwijaya FC, Arema, Persipura dan klub-klub asal
Kalimantan. Dan akhirnya bisa ditebak, di akhir musim kompetisi
Persebaya gagal menjuarai ISL 2014.
Tahun 2015 Persebaya mengapungkan asa setinggi-tingginya, demi meraih
hasil terbaik di ISL 2015. Namun sayang, prahara menimpa sepakbola
Indonesia.
Induk sepakbola dunia, FIFA membekukan PSSI. Imbasnya klub-klub yang
bernaung di bawah bendera PSSI-pun ikut terkena dampak pembekuan
tersebut. Liga dibekukan, para pemain dan pelaku sepakbola Indonesia
menjadi korbannya. Tak hanya klub sepakbola, hal tersebut juga berdampak
pada timnas Indonesia yang juga dilarang melakukan aktifitas
Internasionalnya yang berhubungan dengan FIFA. Dengan kata lain,
sepakbola Indonesia disegel dari persepakbolaan Internasional.
Saat ini Persebaya sedang mengikuti turnamen nasional di luar agenda
FIFA, yakni Piala Jendral Sudirman dengan nama Surabaya United.
Arti Nama Bonek dan Sejarah Suporter Persebaya (Bonek)
Istilah bonek muncul secara tiba-tiba, nama besarnya pun ada karena
media massa. Pada awalnya nama bonek mempunyai reputasi bagus, namun
dalam perkembangannya lebih berkonotasi negatif.
Berawal dari sebutan populer untuk suporter Persebaya (kala itu
“Green Force”). Antusias tak hanya dari kota Surabaya, namun dari
kota-kota besar di Jatim. Begitu antusiasnya Jawa Pos sampai dalam head
line news tertulis “Hijaukan senayan” dan sambutan masyarakat Surabaya
dan Jatim pun luar biasa.
Modal tekad menghijaukan senayan begitu menggebu. Yang punya duit
pas-pasan masih punya cara menggandol truk secara estafet dari
Surabaya-Jakarta sambil ngamen. Bahkan ada yang berangkat jauh-jauh hari
ke Jakarta (meski Persebaya belum tentu masuk final) dengan menumpang
kereta pertamina yang jalannya bak keong…, yang penting sampai Jakarta.
Semangat positif dan antusiasme tanpa ANARKIS dan KERUSUHAN dengan
melibatkan massa banyak itulah yang mendapatkan acungan jempol banyak
kalangan di Indonesia kala itu.
Sebagai catatan:
– Menghijaukan senayan dengan 110 ribu penonton dari Surabaya dan
Bandung. Jumlah suporter persebaya sekitar 40%. Ini merupakan rekor
jumlah penonton yang barangkali rekor ini hingga kini belum terpecahkan.
– Semangat heroik suporter Persebaya yang memanjat dan merayab sampai
atap senayaan yang berbentuk lingkaran hanya untuk membentangkan spanduk
super raksasa yang berwarna hijau bertuliskan “Merah Darahku Putih
Tulangku Bersatu dalam Semangatku”.
Semangat dengan berbagai cara yang HALAL untuk datang mendukung
Persebaya ke senayan membuat beberapa media massa, terutama Jawa Pos
sebagai pelopornya mengistilahkan BONEK (Bondo Nekad), bahwa semangat
hidup dan semangat untuk maju manusia perlu punya modal tekad yang kuat.
Namun kini, modal tekad atau bondo nekad atau BONEK, tidak ditunjukkan
oleh generasi bonek-bonek saat ini yang justru nekad dalam arti
menghalalkan segala cara.
Kesalahan terjadi karena:
– bonek sebelumnya yang tidak meninggalkan warisan.
– media massa yang kadang mengompori dan cenderung membenarkan.
– salah kaprah tekad dan modal nekad serupa tak sama. Tekad lebih ke
semangat untuk melakukan tindakan, sedangkan nekad lebih ke tindakan
yang dilakukannya. Seharusnya Bondo Tekad, bukan bondo nekad, namun
untuk kemudahan pengucapan lebih cenderung BondoNekad alias BONEK.
Daftar Skuad Pemain Persebaya Surabaya 2017-2018 :
No. |
|
Pos. |
Pemain |
92 |
|
GK |
Dimas Galih |
29 |
|
GK |
Miswar Saputra |
22 |
|
DF |
Abu Rizal |
4 |
|
DF |
Mokhamad Syaifudin |
25 |
|
DF |
M. Irvan Febrianto |
3 |
|
DF |
Abdul Azis |
44 |
|
DF |
Andri Muliadi |
88 |
|
DF |
R. Latif |
6 |
|
MF |
Misbakhus Solikhin |
7 |
|
MF |
M. Sidik Saimima |
12 |
|
MF |
Rendi Irwan |
99 |
|
MF |
Mardiono |
31 |
|
MF |
Kurniawan K. |
17 |
|
MF |
Thaufan Hidayat |
26 |
|
FW |
R. Fauzi |
10 |
|
FW |
Irfan Jaya cover:https://sepakbolalokal.com |