Sabtu, 25 November 2017

Profil Persebaya Surabaya, Daftar Skuad Pemain dan Sejarah Persebaya

profil persebaya surabayaNama lengkap

Persatuan Sepakbola Surabaya
Julukan
  • Bajol Ijo (id: Buaya Hijau)
  • Green Force
Kota Surabaya
Negara Indonesia
Federasi PSSI
Didirikan 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indische Voetbal Bond (SIVB)
Stadion Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya
(Kapasitas: 55.000)
Investor Jawa Pos Group
Presiden Azrul Ananda
Pelatih Kepala Angel Alfredo Vera
Liga Liga 2

Profil Persebaya Surabaya, Daftar Skuad Pemain Persebaya Surabaya 2017-2018 dan Sejarah Persebaya, Siapa yang tidak kenal dengan Persebaya Surabaya, Klub kebanggan arek-arek surabaya ini sangat dicintai keberadaanya oleh Bonek Mania, Sering dihukum oleh PSSI bahkan pernah di bekukan namun Semangat bonek untuk Persebaya Surabaya tidak pernah padam. Persebaya Surabaya juga dikenal sebagai pencetus PSSI di tahun 1930 bersama anggota klub lainya yang ada di Indonesia.
Persebaya Surabaya yang sempat merubah namanya menjadi Persebaya 1927 adalah sebuah klub Sepak bola profesional di Indonesia yang berbasis di Surabaya yang berdiri pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) dan sudah malang melintang dikancah sepakbola Indonesia. Sempat di bekukan oleh PSSI dan disahkan kembali oleh PSSI sebagai anggota di kongres tahunan PSSI bandung 8 januari 2017.
Setelah dilaksanakannya RUPS pada 7 Pebruari 2017, kini 70% saham Persebaya Surabaya dimiliki oleh Jawa Pos Group melalui anak perusahaanya yaitu PT. Jawa Pos Sportainment. Sedangkan 30% lainnya dimiliki oleh 20 klub anggota Persebaya yang tergabung dalam Koperasi Surya Abadi Persebaya (KSAP).

Sejarah Singkat Persebaya Surabaya

ersatuan Sepak bola Surabaya (disingkat Persebaya) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Persebaya berdiri pada 18 Juni 1927 oleh dua orang asli Surabaya bernama Paijo dan M.Pamoedji.
Pada masa awal berdiri, klub ini bukan bernama seperti yang kita kenal saat ini. Persebaya awalnya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond atau disingkat SIVB.
Selain SIVB, di Surabaya ada klub sepakbola lain bernama Sorabaiasche Voetbal Bond(SVB). Klub tersebut didirikan pada tahun 1910, jauh lebih tua dari SIVB yang mana para pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, para klub-klub mulai membangun sebuah organisasi dan asosiasi sepakbola bertaraf Nasional yang mampu menjadi pengayom klub-klub pribumi serta untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan.
Oleh karena itu, Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond(SIVB) bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (cikal-bakal Persib), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Jogja) membentuk dan mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Pertemuan tersebut diadakan di Societeit Hadiprojo, Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut, SIVB diwakili oleh M.Pamoedji.
Setahun setelah resmi berdiri, PSSI mulai membuat sebuah kompetisi sepakbola resmi di Indonesia. Kompetisi tersebut adalah kompetisi tahunan antar kota/perserikatan yang wajib diikuti oleh para anggota PSSI.
Inilah cikal bakal kompetisi resmi atau Liga di Indonesia sampai saat ini.
Di tahun pertamanya, kompetisi perserikatan mempertemukan dua klub raksasa dari dua kota terbesar di Indonesia yakni SIVB (Surabaya) dan VIJ (Jakarta) di laga Final Perserikatan tahun 1938. Namun sayang, SIVB kalah dari VIJ.
Pada tahun 1942, pada zaman invasi Jepang ke Indonesia sekaligus menandakan kekalahan Belanda di Indonesia. Prestasi SIVB terbilang mentereng dan kembali mencapai final, saat itu skuad SIVB didominasi para pribumi dan sebagian kecil keturunan Tionghoa.
Namun sayang, lagi-lagi di laga puncak SIVB dikalahkan oleh VVB (Solo).
Pada tahun 1943, SIVB resmi berganti nama menjadi PERSIBAJA (Persatuan Sepakbola Indonesia Soerabaja) dan diketuai oleh Dr.Soewandi.
Dari pergantian nama inilah, prestasi Persibaja mulai moncer. Mulai dari meraih gelar juara di tahun 1950, 1951 dan 1952. Kala itu Persibaja mulai diperhitungkan dan menjadi salah satu klub besar yang cukup disegani lawan.
Pada tahun 1960, sejarah kembali mencatat pergantian nama klub sepakbola asal Surabaya ini. Persibaja resmi berganti nama menjadi PERSEBAYA (Persatuan Sepakbola Surabaya).
Pada era perserikatan, Persebaya berubah menjadi klub raksasa, kuat nan hebat. Tak hanya itu prestasi demi prestasi ditorehkan oleh klub berjuluk Bajul Ijo ini. Bersama PSMS Medan, PSM Makassar, Persib dan Persija, membentuk sebuah kwartet klub unggulan di Perserikatan waktu itu.
Di era Perserikatan, Persebaya berhasil dua kali menjuarai Liga yakni di tahun 1978 dan 1988 serta tujuh kali menjadi runner-up di tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987 dan 1990.
Prestasi tersebut terus dipertahankan sampai PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam satu wadah kompetisi bertajuk Ligina (Liga Indonesia) yang mulai bergulir sejak 1994.
Pada tahun 1997, Persebaya meraih gelar pertamanya di era Ligina waktu itu. Bahkan Persebaya adalah klub pertama dalam sejarah yang mampu meraih gelar juara dua kali berturut-turut.
Hal yang sama diulanginya di tahun 2005, Persebaya kembali meraih gelar juara dua kali berturut-turut. Meski menyandang nama besar sebagai tim tradisional nan klasik, Persebaya pernah menerima kenyataan pahitnya terdegradasi ke kasta kedua Liga Indonesia. Itu terjadi pada tahun 2002.
Namun hal itu tak berlangsung lama, karena Persebaya langsung membayar lunas kesetiaan pendukung yang selalu mendukung di saat klub sedang terpuruk dengan menjuarai Divisi I dan Divisi Utama kala itu.

Sepakbola Gajah ala Persebaya Surabaya

Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah “sepak bola gajah” karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12, untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan. Taktik ini setidaknya membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan tahun 1988 dengan menyingkirkan PSMS 3 – 1

Dualisme Persebaya

Beberapa tahun berlalu, banyak kejadian-kejadian yang terjadi di dalam tubuh Persebaya. Mulai dari seretnya prestasi dan akhirnya berujung pada perpecahan di klub sebesar Persebaya.
Ya, pada tahun 2010 publik diguncangkan dengan kabar terpecahnya Persebaya Surabaya. Kubu pertama adalah Persebaya di bawah manajemen Saleh Ismail Mukadar yang mengikuti Liga Primer Indonesia(LPI) dengan nama PERSEBAYA 1927 dan kubu kedua dibawah naungan Wisnu Wardhana yang tetap memakai nama PERSEBAYA dan mengikuti PSSI dan Liga Indonesia (Divisi Utama). Dua kubu saling klaim sebagai pemilik nama Persebaya yang sah di mata hukum.
Sebagai pengelola konsorsium klub, PT. Persebaya Indonesia didapuk sebagai pengelola yang sah dengan diketuai oleh Llano Mahardika. Meski begitu, hal ini tetap menimbulkan polemik di kalangan suporter dan masyarakat Surabaya.
Pada tahun 2011, bola panas perseteruan dua kubu tersebut masih berlanjut. Kali ini PSSI yang membuat konflik kian meruncing, PSSI menyatakan kompetisi ISL dan Divisi Utama yang dikelola PT.LPIS dan PT.Liga Indonesia adalah ilegal! Dan menyatakan Liga Primer Indonesia sebagai Liga Nasional yang legal dan resmi, dalam hal ini Persebaya 1927 adalah resmi karena bernaung di bawah bendera LPI.
Meski dinyatakan legal, Saleh Mukadar enggan mengganti nama Persebaya yang penuh sejarah itu, ia tetap memakai nama Persebaya 1927. Sedangkan kubu Persebaya versi Wisnu Wardhana juga tetap menggunakan nama Persebaya Surabaya dan tetap mengikuti kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia.
Pada tahun 2012 menjadi tahun yang buruk bagi kedua Persebaya tersebut. Bagaimana tidak, Persebaya 1927 gagal meraih juara IPL yang pada saat itu dimenangkan oleh Semen Padang FC. Sedangkan Persebaya Divisi Utama gagal promosi alias naik kasta ke ISL 2013.
Atas alasan inilah, di akhir kompetisi Divisi Utama 2012 manajemen melakukan evaluasi secara menyeluruh.
Seluruh jajaran direksi klub Persebaya mengadakan rapat dengan hasil  pergantian di kursi Ketua Umum Persebaya. Dalam hal ini, tampuk kepemimpinan Persebaya berganti dari Wisnu Wardana ke Diar Kusuma
Putra. Sekaligus badan hukum yang selama ini memayungi Persebaya pun diganti menjadi PT.Mitra Muda Inti Berlian (gabungan para pengusaha-pengusaha muda asli Surabaya).
Pada tahun 2013, PSSI yang saat itu juga terbelah menjadi dua kubu melakukan Kongres Luar Biasa (KLB) pada tanggal 17 Maret 2013. Kedua kubu tersebut (Kubu KPSI versi La Nyalla Mattalitti dan kubu PSSI versi Djohar Arifin) sepakat bersatu demi kelangsungan sepakbola Indonesia. PSSI menyatakan LPI ilegal dan akhirnya memutuskan Persebaya Divisi Utama sebagai anggota PSSI yang sah dan diakui keberadaannya. Dengan kata lain, ini berimbas juga dengan Persebaya 1927 yang akhirnya dinyatakan ilegal dan sebagai anggota tidak sah.
Hal ini dipertegas dengan keputusan kongres PSSI pada tanggal 17 Mei 2013.
Seperti mendapat angin segar, prestasi Persebaya pun ikutan moncer. Pada Divisi Utama Liga Indonesia 2013, Persebaya Surabaya keluar sebagai juara liga dan berhak promosi ke Indonesia Super League musim 2014.
Pada tahun 2014, Persebaya kembali ke habitat aslinya yaitu liga kasta teratas Indonesia, Indonesia Super League (ISL). Dengan amunisi yang terbilang “Dream Team” karena diisi pemain-pemain berkelas  Persebaya mengarungi kerasnya ISL dengan cukup percaya diri.
Namun deretan pemain mentereng tak menjamin prestasi bagi Persebaya, Persebaya terseok-seok di papan tengah klasemen. Sulit bersaing dengan klub-klub yang lebih matang dan sehat dalam hal manajemen dan keuangan seperti Persib, Sriwijaya FC, Arema, Persipura dan klub-klub asal Kalimantan. Dan akhirnya bisa ditebak, di akhir musim kompetisi Persebaya gagal menjuarai ISL 2014.
Tahun 2015 Persebaya mengapungkan asa setinggi-tingginya, demi meraih hasil terbaik di ISL 2015. Namun sayang, prahara menimpa sepakbola Indonesia.
Induk sepakbola dunia, FIFA membekukan PSSI. Imbasnya klub-klub yang bernaung di bawah bendera PSSI-pun ikut terkena dampak pembekuan tersebut. Liga dibekukan, para pemain dan pelaku sepakbola Indonesia menjadi korbannya. Tak hanya klub sepakbola, hal tersebut juga berdampak pada timnas Indonesia yang juga dilarang melakukan aktifitas Internasionalnya yang berhubungan dengan FIFA. Dengan kata lain, sepakbola Indonesia disegel dari persepakbolaan Internasional.
Saat ini Persebaya sedang mengikuti turnamen nasional di luar agenda FIFA, yakni Piala Jendral Sudirman dengan nama Surabaya United.

Arti Nama Bonek dan Sejarah Suporter Persebaya (Bonek)

Istilah bonek muncul secara tiba-tiba, nama besarnya pun ada karena media massa. Pada awalnya nama bonek mempunyai reputasi bagus, namun dalam perkembangannya lebih berkonotasi negatif.
Berawal dari sebutan populer untuk suporter Persebaya (kala itu “Green Force”). Antusias tak hanya dari kota Surabaya, namun dari kota-kota besar di Jatim. Begitu antusiasnya Jawa Pos sampai dalam head line news tertulis “Hijaukan senayan” dan sambutan masyarakat Surabaya dan Jatim pun luar biasa.
Modal tekad menghijaukan senayan begitu menggebu. Yang punya duit pas-pasan masih punya cara menggandol truk secara estafet dari Surabaya-Jakarta sambil ngamen. Bahkan ada yang berangkat jauh-jauh hari ke Jakarta (meski Persebaya belum tentu masuk final) dengan menumpang kereta pertamina yang jalannya bak keong…, yang penting sampai Jakarta.
Semangat positif dan antusiasme tanpa ANARKIS dan KERUSUHAN dengan melibatkan massa banyak itulah yang mendapatkan acungan jempol banyak kalangan di Indonesia kala itu.
Sebagai catatan:
– Menghijaukan senayan dengan 110 ribu penonton dari Surabaya dan Bandung. Jumlah suporter persebaya sekitar 40%. Ini merupakan rekor jumlah penonton yang barangkali rekor ini hingga kini belum terpecahkan.
– Semangat heroik suporter Persebaya yang memanjat dan merayab sampai atap senayaan yang berbentuk lingkaran hanya untuk membentangkan spanduk super raksasa yang berwarna hijau bertuliskan “Merah Darahku Putih Tulangku Bersatu dalam Semangatku”.
Semangat dengan berbagai cara yang HALAL untuk datang mendukung Persebaya ke senayan membuat beberapa media massa, terutama Jawa Pos sebagai pelopornya mengistilahkan BONEK (Bondo Nekad), bahwa semangat hidup dan semangat untuk maju manusia perlu punya modal tekad yang kuat. Namun kini, modal tekad atau bondo nekad atau BONEK, tidak ditunjukkan oleh generasi bonek-bonek saat ini yang justru nekad dalam arti menghalalkan segala cara.
Kesalahan terjadi karena:
– bonek sebelumnya yang tidak meninggalkan warisan.
– media massa yang kadang mengompori dan cenderung membenarkan.
– salah kaprah tekad dan modal nekad serupa tak sama. Tekad lebih ke semangat untuk melakukan tindakan, sedangkan nekad lebih ke tindakan yang dilakukannya. Seharusnya Bondo Tekad, bukan bondo nekad, namun untuk kemudahan pengucapan lebih cenderung BondoNekad alias BONEK.

Daftar Skuad Pemain Persebaya Surabaya 2017-2018 :

No.
Pos. Pemain
92
GK Dimas Galih
29
GK Miswar Saputra
22
DF Abu Rizal
4
DF Mokhamad Syaifudin
25
DF M. Irvan Febrianto
3
DF Abdul Azis
44
DF Andri Muliadi
88
DF R. Latif
6
MF Misbakhus Solikhin
7
MF M. Sidik Saimima
12
MF Rendi Irwan
99
MF Mardiono
31
MF Kurniawan K.
17
MF Thaufan Hidayat
26
FW R. Fauzi
10
FW Irfan Jaya                                  cover:https://sepakbolalokal.com

0 komentar:

Posting Komentar