Setiap tim sepak bola pasti memiliki supporter fanatik, mereka
selalu hadir dan memberikan dukungan kepada tim kebanggaannya saat tim
tersebut bertanding.
Tak hanya main di kandang, bahkan juga
mengikuti tim mereka bertanding ke luar kandang. Begitu juga MP Loyalis
2001, supporter PS Mojokerto Putra (PSMP) ini.
Supporter yang
berdiri pada tanggal 20 Januari tahun 2013 lalu ini, memproklamirkan
diri bernama MP Loyalis 2001 bukan tanpa alasan.
Pemilihan kata Loyalis di belakang MP (Mojokerto Putra/Mojopahit
Putra) dari arti kata kesetiaan pada sesuatu yakni tim PSMP. Sementara
2001 merupakan tahun kelahiran tim berjuluk The Lasmojo, ini digunakan
sebagai penanda lahirnya PSMP yang bertepatan dengan jam ide tersebut
muncul.
Yakni saat supporter melakukan pertemuan rutin di depan
Pemkot Mojokerto, pukul 20.01 WIB. Kecintaan MP Loyalis 2001 kepada
timnya, tak hanya ditunjukkan lewat datang dan membeli tiket untuk
memberikan dukungan kepada tim tapi juga memberikan semangat kepada
skuad PSMP yang sedang bertanding di lapangan hijau.
Pada setiap
laga, supporter MP Loyalis 2001 yang selalu menempati tribun utara
Stadion Gajah Mada Mojosari ini memberikan suprise berupa coreografi.
Ada makna di balik coreografi yang mereka tampilkan. Seperti pada laga PSMP vs Persinga Ngawi, Sabtu (4/6/2016) lalu.
Di
bagian belakang atas tertulis kata 'Kami Rindu Point', sementara
ratusan supporter yang ada di tribun membawa kertas yang sudah di sketsa
sebelumnya yakni tanda panah di masing-masing samping angka 3.
Divisi
coreografi MP Loyalis 2001, Wahyu Agus mengatakan, makna angka 3
coreografi tersebut sengaja ditunjukkan yang berarti 3 point, 3 tahun
Loyalis 2001 ada dan 3 pilar PSMP. "Yakni bermain dengan bangga,
berjuang dengan semangat yang tak pernah padam, berharap Mojokerto
berprestasi. 3 passion tribun, 'Pride, Loyalty dan Self Esteem' serta 3
jari yakni jempol, telunjuk dan kelingking," ungkapnya, Senin
(6/6/2016).
Masih kata Agus, jempol yang berarti tidak ada yang
terbaik di dunia ini, telunjuk yakni tidk ada yang suka memerintah
dengan cara menudingkan telunjuknya dan kelingking yakni tidak ada
istilah menganggap remeh sesuatu. Dan tak kalah pentingnya, lanjut Agus,
PSMP lahir di bulan 3 yakni Maret dan moto MP Loyalis 2001 adalah
totalitas, support dan menghidupi serta MP Loyalis 2001 juga mendukung 3
kata, menang, kalah atau draw.
"Makna angka 3 dari itu semua.
Ide atau tema tiap laga muncul dari ispirasi moment seperti pas ulang
tahun Kabupaten Mojokerto kemarin, kita cantumkan angka 723. Ide itu
biasanya muncul dari usulan setiap zona komunitas di dalam MP Loyalis
2001, jadi ide tidak terpaku pada satu atau dua orang saja tapi siapapun
boleh mengajukan usulan. Biasanya ide awal, kita share di grup, mulai
FB, WA maupun BB, nanti akan ada yang memberikan tambahan usulan,"
katanya.
Menurutnya, setelah ide tersebut disepakati, divisi
coreografi membuat konsep dan divisi pembelajaan akan membelanjakan
keperluan apa untuk memunculkan ide tersebut yang akan dieksekusi oleh
divisi eksekutor. Namun jia dalam laga tersebut tidak ada moment, mereka
sudah ada konsep lain karena dalam satu musim, setiap laga yang akan
dilakoni PSMP, MP Loyalis 2001 sudah memiliki cadangan konsep.
"Kita
tidak pernah latihan, kita hanya melaksanakan kopdar tribun (pertemuan)
untuk membuat sket gambar dari konsep yang diusulkan dan saat di
tribun, kita ada capotifoso yang memberikan arahan kita harus bagaimana.
Coreografi ini, juga hasil kita belajar selama tiga hari ke Sleman.
Semua demi tim kebanggaan kami, PSMP. Ini sebagai dukungan yang kita
berikan di lapangan," ujarnya.
MP Loyalis 2001, lanjut Agus, juga
memiliki uang kas yang digunakan untuk mewujudkan konsep tersebut dalam
sebuah coregrafi. Seperti untuk membeli kertas, uang kas tersebut
diambil setiap kopdar atau supporter juga bisa mengisi uang kas tanpa
harus kopdar serta dari hasil keuntungan penjualan marcendes. Supporter
yang punya usaha atau rezeki bisa menyumbang baik dalam bentuk uang
maupun yang lainnya.
MP Loyalis 2001 juga jualan mercendes
seperti kaos loyalis, bandana, scraf atau syal, stiker, pin, gantungan
kunci, topi dan lainnya. Agus menjelaskan, coreografi yang ditampilkan
di atas tribun utara tersebut dari kertas jenis asturo ukuran A3, jika
kesulitan mendapatkannya maka diganti dengan kertas duplek. Ia pun
mengaku, pernah kesulitan mendapatkan kertas tersebut sehingga terpaksa
harus ke Sidoarjo atau Surabaya.
"Makanya, kadang kita siasati
dengan kertas duplek. Coreografi ini, kita selalu buat di setiap laga
khususnya laga kandang karena kita punya anggota aktif sekitar 200
hingga 300 orang dari kapasitas tribun 500 penonton yang bisa membantu
mewujudkan coreografi tersebut karena untuk away, biasanya cuma sedikit
yang bisa tapi kalau 30 orang, kita pasti buat meski main di kandang
lawan," tuturnya.
Tujuannya untuk memberikan semangat tim
bermain. Menurutnya, coreografi tersebut muncul setelah MP Loyalis 2001
lahir tapi lebih tepatnya yakni musim 2013/2014 yang suda mulai membuat
konsep huruf dan angka sederhana. Hal tersebut dilakukan, lanjut Agus,
karena MP Loyalis 2001 bermimpi bisa menghidupi tim PSMP kedepannya saat
itu.
"Selain coreografi, kami berusaha bernyanyi selama 90'+++,
apapun hasilnya kami fokus memberikan semangat dan menghancurkan mental
lawan di saat kandang maupun tandang. Ada 32 lagu yang kami ciptakan
untuk kita nyanyikan di atas tribun, saat coreografi kita biasa
nyanyikan lagu MP Loyalis Song Coreografia karena biasanya coreografi
akan kita munculkan di babak kedua. Babak pertama fokus pembagian
asesoris penunjang," urainya.
MP Loyalis 2001 mempunyai mimpi
yakni kedepan setidaknya bisa menjadi supporter yang bisa menghidupi
PSMP dari hasil usaha loyalis. Yakni paling penting adalah satu rasa,
sama rata. Selain memberikan semangat kepada para pemain saat
bertanding, MP Loyalis 2001 juga berusaha sebaik mungkin untuk dekat
dengan semua pemain PSMP sebagai silaturahmi dan usaha untuk memberikan
dukungan di luar lapangan agar pemain betah bermain di PSMP.
"Cinta
kami kepada PSMP dengan cara bagaimana pemain merasa nyaman bermain di
sini. Alhamdulilah, banyak mantan pemain PSMP yang saat ini bermain di
luar kangen dengan suasana saat bermain di Stadion Gajah Mada. Karena
pasti ada antraksi coreografia seperti sepak bola di Eropa, MP Loyalis
2001 juga bertemu para pemain di luar kadang. Entah itu hanya sekedar
ngopi bersama atau bermain futsal atau sepak bola maupun kegiatan sosial
dan membuatkan video slit foto atau foto mereka saat bermain," ucapnya.
MP
Loyalis 2001 berharap kepada Pemkab Mojokerto untuk memberikan
perhatian dari segi mess karena tim saat ini tidak punya mess. Ini yang
menyulitkan para supporter bertemu para pemain, tentunya para pemain
juga jarang bertemu dengan sesama pemain dan pelatih karena tidak adanya
mess. Juga tidak adanya bus pemain, jika pemda jika tidak bisa
memberikan anggaran dana cukup dengan membantu mes pemain dan bus
pemain, merawat stadion selayaknya regulasi."Tiga harapan itu
saja bagi kami sudah cukup. Kabupaten Mojokerto banyak berdiri
perusahaan-perusahaan besar yang bisa diajak berdialog dan diberikan
kesempatan untuk membantu tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Mojokerto
tersebut. Supporter selama ini juga berusaha membantu tim, alhamdulilah
tahun ini terwujud. Kita bisa memberikan jersey kepada pemain dan
kemarin ada supporter yang punya usaha tas memberikan tas untuk pemain,"
tegasnya. cover:m.beritajatim.com
0 komentar:
Posting Komentar