Senin, 20 November 2017

MP Loyalis 2001, Penguasa Tribun Utara Stadion Gajah Mada

Setiap tim sepak bola pasti memiliki supporter fanatik, mereka selalu hadir dan memberikan dukungan kepada tim kebanggaannya saat tim tersebut bertanding.

Tak hanya main di kandang, bahkan juga mengikuti tim mereka bertanding ke luar kandang. Begitu juga MP Loyalis 2001, supporter PS Mojokerto Putra (PSMP) ini.

Supporter yang berdiri pada tanggal 20 Januari tahun 2013 lalu ini, memproklamirkan diri bernama MP Loyalis 2001 bukan tanpa alasan. Pemilihan kata Loyalis di belakang MP (Mojokerto Putra/Mojopahit Putra) dari arti kata kesetiaan pada sesuatu yakni tim PSMP. Sementara 2001 merupakan tahun kelahiran tim berjuluk The Lasmojo, ini digunakan sebagai penanda lahirnya PSMP yang bertepatan dengan jam ide tersebut muncul.

Yakni saat supporter melakukan pertemuan rutin di depan Pemkot Mojokerto, pukul 20.01 WIB. Kecintaan MP Loyalis 2001 kepada timnya, tak hanya ditunjukkan lewat datang dan membeli tiket untuk memberikan dukungan kepada tim tapi juga memberikan semangat kepada skuad PSMP yang sedang bertanding di lapangan hijau.

Pada setiap laga, supporter MP Loyalis 2001 yang selalu menempati tribun utara Stadion Gajah Mada Mojosari ini memberikan suprise berupa coreografi.

Ada makna di balik coreografi yang mereka tampilkan. Seperti pada laga PSMP vs Persinga Ngawi, Sabtu (4/6/2016) lalu.

Di bagian belakang atas tertulis kata 'Kami Rindu Point', sementara ratusan supporter yang ada di tribun membawa kertas yang sudah di sketsa sebelumnya yakni tanda panah di masing-masing samping angka 3.

Divisi coreografi MP Loyalis 2001, Wahyu Agus mengatakan, makna angka 3 coreografi tersebut sengaja ditunjukkan yang berarti 3 point, 3 tahun Loyalis 2001 ada dan 3 pilar PSMP. "Yakni bermain dengan bangga, berjuang dengan semangat yang tak pernah padam, berharap Mojokerto berprestasi. 3 passion tribun, 'Pride, Loyalty dan Self Esteem' serta 3 jari yakni jempol, telunjuk dan kelingking," ungkapnya, Senin (6/6/2016).

Masih kata Agus, jempol yang berarti tidak ada yang terbaik di dunia ini, telunjuk yakni tidk ada yang suka memerintah dengan cara menudingkan telunjuknya dan kelingking yakni tidak ada istilah menganggap remeh sesuatu. Dan tak kalah pentingnya, lanjut Agus, PSMP lahir di bulan 3 yakni Maret dan moto MP Loyalis 2001 adalah totalitas, support dan menghidupi serta MP Loyalis 2001 juga mendukung 3 kata, menang, kalah atau draw.

"Makna angka 3 dari itu semua. Ide atau tema tiap laga muncul dari ispirasi moment seperti pas ulang tahun Kabupaten Mojokerto kemarin, kita cantumkan angka 723. Ide itu biasanya muncul dari usulan setiap zona komunitas di dalam MP Loyalis 2001, jadi ide tidak terpaku pada satu atau dua orang saja tapi siapapun boleh mengajukan usulan. Biasanya ide awal, kita share di grup, mulai FB, WA maupun BB, nanti akan ada yang memberikan tambahan usulan," katanya.

Menurutnya, setelah ide tersebut disepakati, divisi coreografi membuat konsep dan divisi pembelajaan akan membelanjakan keperluan apa untuk memunculkan ide tersebut yang akan dieksekusi oleh divisi eksekutor. Namun jia dalam laga tersebut tidak ada moment, mereka sudah ada konsep lain karena dalam satu musim, setiap laga yang akan dilakoni PSMP, MP Loyalis 2001 sudah memiliki cadangan konsep.

"Kita tidak pernah latihan, kita hanya melaksanakan kopdar tribun (pertemuan) untuk membuat sket gambar dari konsep yang diusulkan dan saat di tribun, kita ada capotifoso yang memberikan arahan kita harus bagaimana. Coreografi ini, juga hasil kita belajar selama tiga hari ke Sleman. Semua demi tim kebanggaan kami, PSMP. Ini sebagai dukungan yang kita berikan di lapangan," ujarnya.

MP Loyalis 2001, lanjut Agus, juga memiliki uang kas yang digunakan untuk mewujudkan konsep tersebut dalam sebuah coregrafi. Seperti untuk membeli kertas, uang kas tersebut diambil setiap kopdar atau supporter juga bisa mengisi uang kas tanpa harus kopdar serta dari hasil keuntungan penjualan marcendes. Supporter yang punya usaha atau rezeki bisa menyumbang baik dalam bentuk uang maupun yang lainnya.

MP Loyalis 2001 juga jualan mercendes seperti kaos loyalis, bandana, scraf atau syal, stiker, pin, gantungan kunci, topi dan lainnya. Agus menjelaskan, coreografi yang ditampilkan di atas tribun utara tersebut dari kertas jenis asturo ukuran A3, jika kesulitan mendapatkannya maka diganti dengan kertas duplek. Ia pun mengaku, pernah kesulitan mendapatkan kertas tersebut sehingga terpaksa harus ke Sidoarjo atau Surabaya.

"Makanya, kadang kita siasati dengan kertas duplek. Coreografi ini, kita selalu buat di setiap laga khususnya laga kandang karena kita punya anggota aktif sekitar 200 hingga 300 orang dari kapasitas tribun 500 penonton yang bisa membantu mewujudkan coreografi tersebut karena untuk away, biasanya cuma sedikit yang bisa tapi kalau 30 orang, kita pasti buat meski main di kandang lawan," tuturnya.

Tujuannya untuk memberikan semangat tim bermain. Menurutnya, coreografi tersebut muncul setelah MP Loyalis 2001 lahir tapi lebih tepatnya yakni musim 2013/2014 yang suda mulai membuat konsep huruf dan angka sederhana. Hal tersebut dilakukan, lanjut Agus, karena MP Loyalis 2001 bermimpi bisa menghidupi tim PSMP kedepannya saat itu.

"Selain coreografi, kami berusaha bernyanyi selama 90'+++, apapun hasilnya kami fokus memberikan semangat dan menghancurkan mental lawan di saat kandang maupun tandang. Ada 32 lagu yang kami ciptakan untuk kita nyanyikan di atas tribun, saat coreografi kita biasa nyanyikan lagu MP Loyalis Song Coreografia karena biasanya coreografi akan kita munculkan di babak kedua. Babak pertama fokus pembagian asesoris penunjang," urainya.

MP Loyalis 2001 mempunyai mimpi yakni kedepan setidaknya bisa menjadi supporter yang bisa menghidupi PSMP dari hasil usaha loyalis. Yakni paling penting adalah satu rasa, sama rata. Selain memberikan semangat kepada para pemain saat bertanding, MP Loyalis 2001 juga berusaha sebaik mungkin untuk dekat dengan semua pemain PSMP sebagai silaturahmi dan usaha untuk memberikan dukungan di luar lapangan agar pemain betah bermain di PSMP.

"Cinta kami kepada PSMP dengan cara bagaimana pemain merasa nyaman bermain di sini. Alhamdulilah, banyak mantan pemain PSMP yang saat ini bermain di luar kangen dengan suasana saat bermain di Stadion Gajah Mada. Karena pasti ada antraksi coreografia seperti sepak bola di Eropa, MP Loyalis 2001 juga bertemu para pemain di luar kadang. Entah itu hanya sekedar ngopi bersama atau bermain futsal atau sepak bola maupun kegiatan sosial dan membuatkan video slit foto atau foto mereka saat bermain," ucapnya.

MP Loyalis 2001 berharap kepada Pemkab Mojokerto untuk memberikan perhatian dari segi mess karena tim saat ini tidak punya mess. Ini yang menyulitkan para supporter bertemu para pemain, tentunya para pemain juga jarang bertemu dengan sesama pemain dan pelatih karena tidak adanya mess. Juga tidak adanya bus pemain, jika pemda jika tidak bisa memberikan anggaran dana cukup dengan membantu mes pemain dan bus pemain, merawat stadion selayaknya regulasi."Tiga harapan itu saja bagi kami sudah cukup. Kabupaten Mojokerto banyak berdiri perusahaan-perusahaan besar yang bisa diajak berdialog dan diberikan kesempatan untuk membantu tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Mojokerto tersebut. Supporter selama ini juga berusaha membantu tim, alhamdulilah tahun ini terwujud. Kita bisa memberikan jersey kepada pemain dan kemarin ada supporter yang punya usaha tas memberikan tas untuk pemain," tegasnya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 cover:m.beritajatim.com

0 komentar:

Posting Komentar